Ayo Dukung
Pengembangan Pesantren Anti Radikalisme
Perkenalkan nama saya Nursalim. Saat ini saya aktif di
lembaga sosial Migrant Institute Jakarta. Di sini saya akan bercerita tentang
kegelisahan seorang guru ngaji saya. Namanya Drs. KH. Muhammad Zaini. Beliau ingin
mengembangkan pesantrennya yang selama ini fokus dalam pendidikan
anti-radikalisme.
Pondok Pesantrennya bernama Al Mumajjad yang beralamat di
Gang H. Samad, Desa Limbangan, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Sejauh ini, pesantrennya masih belum memiliki infrastruktur yang memadai.
Kegiatan belajar mengajar hanya dilakukan di rumahnya sendiri yang tersambung
dengan mushola di depannya. Kondisi ini membuat kegiatan belajar mengajar menjadi
semakin tidak kondusif mengingat jumlah santri bertambah semakin banyak.
Anti-Radikal Ala
Muhammad Zaini
Paham radikal Islam ekstrimis cukup banyak menyebar di
beberapa kalangan pemuda. KH. Drs. Muhammad Zaini ingin menangkisnya di pendidikan
pesantren miliknya. Menjamurnya kelompok radikal ekstrimis ini dikhawatirkan
akan menyebar di lingkungannya. Mengingat lingkungannya kini sangat rentan
dijadikan target kaum radikal.
Dengan tekun ia mengajar kepada para santrinya untuk terus
bersikap bijak kepada manusia dan alam, menghargai sesama makhluk ciptaannya,
mengasihi satu sama lain dan saling berbagi sebagaimana yang telah diajarkan
oleh para walisongo dalam mengislamkan rakyat tanah jawa.
Walisongo dijadikan role model olehnya untuk mengajarkan dan
mengenalkan kebudayaan dan tradisi/ adat orang-orang jawa. Kebudayaan itu lah
yang kemudian diakulturasikan dengan pesan-pesan islam ke dalamya.
Pendidikan yang selama ini diajarkan di Al Mumajjad mengarah
pada pengenalan agama yang diakulturasikan dengan budaya setempat agar
terhindar dari paham radikal. Ini lah yang kemudian ingin dikembangkan lebih
besar lagi oleh KH. Drs. Muhammad Zaini.
Saya kenal beliau sejak kecil. Tahun 2007 saya mulai kenal
dekat dengannya. Beliau selalu membimbing hingga akhirnya saya bekerja di
sebuah lembaga sosial seperti saat ini. Ilmu yang saya dapat dari beliau pun
kini dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan orang lain.
Beliau selalu mendorong saya untuk ikhlas dalam membantu
para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah. Tak luput beliau juga sering
mengingatkan saya bahwa dengan berbuat ikhlas, kita tak akan jatuh miskin.
“Terus bekerja untuk membantu orang yang membutuhkan. Jadilah orang yang
bermanfaat bagi orang lain,” begitu pesannya kepada saya.
Bagi saya KH.Drs. Muhammad Zaini adalah sosok seorang guru sekaligus
ayah. Layaknya seorang ayah, beliau selalu memberi nasehat dan semangat kepada
anak-anaknya. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari beliau sampai hari
ini. Beliau cukup bijak dalam mengambil suatu keputusan. Beliau tak pernah
membeda-bedakan orang dan golongan tertentu. Saling menghargai sesama makhluk
ciptaan Allah dan tak membeda-bedakan golongan apa pun adalah prinsip beliau.
Penampilannya cukup sederhana dan sangat merakyat. Jika
dilihat, mungkin orang tak akan mengenalinya bahwa beliau adalah seorang
pengajar sekaligus pengasuh sebuah pondok pesantren. Tak jarang beliau duduk
makan satu nampan bersama dengan para santrinya.
Sudah sekitar 10 tahun lamanya (sejak 2006), beliau mengajar
di pesantrennya Al Mumajjad. Tak jarang beliau mendekati dan membimbing
anak-anak jalanan, sehingga mereka mau mengaji dan menjadi bagian dari pondok pesantren.
Setiap ada kegiatan pesantren yang masih bisa dijangkau dengan keuangan
pribadinya, beliau tak pernah meminta sumbangan dari pihak lain. Sekuat tenaga
beliau menghidupi pesantren dari beberapa usahanya dan upahnya sebagai pengajar
sekaligus kepala sekolah di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) 01 Losari
Brebes.
Perjalanan Syiar Sang
Pengajar
Di Jakarta, tepatnya di Jalan Suci depan Masjid At-Taqwa
Pasar Rebo Jakarta Timur, Muhammad Zaini pernah berdakwah dengan cara door to door atau mendatangi rumah satu
per satu. Ajakan mengaji kepada masyarakat ini disambut antusias oleh warga.
Setelah lima tahun di Jakarta, ia pun kemudian pulang ke Brebes.
Di Brebes ia kembali berdakwah dengan cara mendatangi rumah
satu per satu. Ajakan ini mendapat antusiasme warga hingga akhirnya beliau
mendirikan sebuah pesantren yang sampai dengan saat ini masih menjadi satu
dengan rumahnya. Perlahan, jumlah santrinya bertambah. Hingga kini seluruh
santri berjumlah sekitar 200 orang. Namun, santri yang tinggal bersama di rumah
dan musholanya berjumlah sekitar 70 orang.
Sebagian besar, para santrinya berasal dari keluarga miskin, sehingga KH.Drs. Muhamad Zaini menarik pungutan biaya hanya sebagian saja, dan sebagian dari mereka tidak dipungut biaya, kata beliau “saya ingin bersama-sama makan dengan anak yatim, mustahil Allah akan menelantarkan mereka” Ia pun menghidupi 70 santrinya itu dan operasional pondok
dengan uang gajinya sendiri sebagai pengajar. Selain dari upah mengajar, ia
juga menghidupi para santrinya dengan usaha bengkel LAS dan usaha makanan
miliknya.
Beliau pernah belajar ilmu agama di Pondok Pesantren Al
Muayyad Surakarta Solo. Sembari nyantri, ia juga kuliah di Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Solo. Saat itu ia mengambil jurusan Syariah. Selama kuliah dan belajar
di pondok, beliau mengkaji beberapa kitab kuning dengan beberapa kyai sekitar
pondok pesantren. Ilmu yang didapatkan dari pesantren dan kuliah itu menjadi
bekal awalnya untuk terus mensyiarkan agama Islam yang toleran dan
berkepribadian luhur.
Selain itu, beliau
juga belajar ilmu Thoriqoh Syadziliyah melalui gurunya Al Habib Muhammad Lutfi
Bin Yahya di Pekalongan dari tahun 2006 sampai sekarang. Selama berguru dengan
Al Habib Muhammad Lutfi Bin Yahya, beliau diamanahkan untuk membuat jamiyah
sholawat.
Jamiyah sholawat adalah wadah bagi masyarakat untuk
menumbuhkan kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT agar benar-benar mengenal dan mengerti Allah SWT. Dengan
demikian, keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan semakin meningkat.
Ida Priyanti, Bupati Brebes Jawa Tengah telah mengapresiasi
langkah yang dilakukan oleh KH. Drs. Muhammad Zaini. Ia mengatakan, kegiatan di Al Mumajjad
bisa mendorong masyarakat menjadi agamis dan dinamis. pada saat kegiatan maulidurrasul di Pesantren Al- Mumajjad 2016.
Kegiatan Pondok
Pesantren Al Mumajjad
1. Kajian
kitab kuning Nahwu Sorof atau gramatika bahasa arab, Balaghah, Manthiq,
Bad’ain, dan Bayan.
2. Kajian
Hadits, Fiqh, dan Akhlak
3. Kajian
Al-Quran, dan Tafsir Al-Qur’an
4. Pembacaan
kitab Maulid Nabi setiap malam senin, di antaranya adalah, Al-barjanji,
Simtudhuror, Diba’i, dan Burdah.
5. Pembacaan
Rotibul Qubro karangan Al Habib Toha bin Hasan bin Yahya yang diikuti dzikir
bersama masyarakat sekitar setiap malam jum’at
6.
Kegiatan sunatan massal bagi anak-anak yang tidak
mampu, dengan rate: 70 anak per tahun.
Pengembangan
Pesantren
Bulan syawal kemarin, saya pulang ke Brebes dan sowan ke
rumah KH.Drs. Muhammad Zaini. Ia pun bercerita kepada saya, bahwa dirinya ingin
mengembangkan pesantren yang selama ini dicita-citakan. Saat ini beliau pun
telah mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolah MANU 01. Ia ingin lebih
fokus dalam mengembangkan pesantren Al Mumajjad, mengingat jumlah santrinya
semakin bertambah banyak. Namun sayangnya fasilitas yang ada saat ini semakin
tidak mencukupi. Tempat pesantren yang ada di rumahnya sudah tidak memungkinkan
lagi untuk kegiatan belajar mengajar.
Kegelisahan guru saya itu membuat saya merasa bahwa betapa
pentingnya mengembangkan pesantren ini. Dengan berbagai keterbatasan itu, maka
diperlukan tempat tersendiri untuk pesantren agar pendidikan bisa berjalan
lebih optimal.
Saat ini, Muhammad Zaini memiliki lahan pribadi di jalan
Mengger, Desa Pengabean, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Luasnya sekitar 2 Ha. Dari dulu beliau berencana ingin membangun sebuah
masjid, pesantren, dan sekolah formal di sini. Namun rencana itu sampai saat
ini belum juga terlaksana.
Hal yang ingin saya lakukan saat ini ialah bagaimana bisa
membantu beliau dalam mengembangkan pesantren. Melalui situs jamiyyah sholawat ini,
mungkin kita semua bisa membantu beliau mewujudkan cita-citanya, mengingat
cita-cita itu juga sesuai dengan perjuangan bangsa dalam memerangi radikalisme.
Untuk mewujudkan cita-cita itu dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karenanya, mari kita berdonasi untuk membangun pesantren anti
radikalisme.
Dengan berdonasi, maka kita juga turut melawan
gerakan-gerakan radikal ekstrimis yang telah mengikis akar budaya Indonesia.
Saya yakin masih banyak orang yang peduli, dan menginginkan Indonesia lebih
baik, aman, dan sejahtera. Radikalisme tak boleh masuk untuk meruntuhkan NKRI.
Mendukung pesantren anti-radikalisme sama dengan melawan gerakan radikal. []
Rekening BRI AN. Drs Muhammad Zaini 390201007039536
Rekening BNI AN. Drs. Muhammad Zaini 0024880736
Tlfn 08118163691
No comments:
Post a Comment